Sabtu, 06 Juli 2013

Nonton Festival Film Jerman di Balikpapan *

Telah usai rangkaian Festival Film Jerman yang diselenggarakan di Balikpapan, tepatnya di Blitztheater. Pesta film yang terselenggara berkat kerjasama Goethe Institut dengan Dejavu Production, dan didukung Blitz. Selama 2 hari (26-27 Juni 2013) masyarakat Balikpapan disuguhi 8 film yang rata-rata menyabet penghargaan di negara asalnya, juga internasional. Pemutaran di Balikpapan adalah rangkaian dari acara yang juga diadakan di Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Makassar, Surabaya dan Palu, dari 20 sampai 29 Juni 2013. Balikpapan mendapat keistimewaan, karena di Kalimantan, hanya kota ini yang disinggahi Goethe Institut.


Sungguh sebuah niat yang mulia ketika Gothe Institut memutar film-film bermutu dengan gratis/tanpa bayar. Sekali lagi GRATIS. Kerja keras panitia layak diacungi jempol karena pagelaran ini berlangsung dengan lancar tanpa kendala berarti demi menyajikan tontonan bagus, di tengah derasnya film Hollywood dan film nasional. Festival ini menyajikan rasa baru buat penonton Balikpapan. Acara ini juga seharusnya menyadarkan kita, betapa gersangnya produksi film Balikpapan, baik untuk layar lebar/bioskop maupun yang mandiri (indie).

Bukan kali ini saja penonton Balikpapan disuguhi film-film bermutu. Pada 2003, 2006 dan 2012 dihelat Festival Sinema Perancis/didukung Kedubes Perancis, yang menyuguhkan rangkaian film dengan rasa internasional dan mutu tinggi. Pada 2006, rangkaian pesta kesenian 'Kampoeng Seni', Dejavu, lewat sayapnya/Gambar Gerak, menyuguhkan film-film pendek mandiri produksi nasional selama 3 hari (15-17 September 2006) di kawasan Bandar, Klandasan. Selanjutnya Gambar Gerak – Dejavu beberapa kali mengadakan bengkel (workshop) film pendek dan menghasilkan beberapa film pendek karya sineas Balikpapan.

Bila membicarakan film buatan sineas Balikpapan, pada 2008 sebuah pesta film pendek skala nasional dengan judul 3 Cities dalam acara Short Film Festival diselenggarakan di Balikpapan. Tepatnya 22-23 Maret di bioskop Gelora Klandasan. Festival film pendek tersebut nerupakan kerjasama Boemboe Jakarta dengan Gambar Gerak – Dejavu Balikpapan.

Beberapa bulan sebelumnya Gambar Gerak - Dejavu telah mengadakan bengkel film pendek dan menghasilkan beberapa film. Kemudian disaring untuk diputar pada acara 3 Cities, yang juga memutar film pendek dari Banjarmasin, Pontianak, Jakarta, Cirebon, Purbalingga, Yogyakarta, Malang, Jember, dan Perancis.

Lewat acara tersebut, dari Balikpapan muncul film pendek 'Bias Kelam' besutan Afen Yani Sandi dan 'Shoes n' My Days' besutan Roy M. Siburian. Festival film yang, sekali lagi, gratis dan Balikpapan tidak hanya sebagai penonton/penikmat tetapi mampu menunjukkan kreasi atau hasil kesenian lewat film pendek/pembuat film. Lewat Balikpapan Art Festival 2008 penonton Balikpapan disuguhi film pendek karya seniman Balikpapan dan nasional oleh Balikpapan Art Foundation (BAF). Selama 3 hari (14-16 Agustus 2008) diputar 'Architecture is Our Playground' besutan 3 alumni Arsitektur Universitas Parahyangan Bandung, yang sebelumnya menjadi Finalis Indonesian Art Award 2008.

Sementara itu dari Balikpapan, Gambar Gerak – Dejavu menyuguhkan film pendek 'Slamet Berjuang', 'Bias Kelam', 'Cinta Tak Bermata', 'Shoes n' My Days', 'Botak', hasil dari Bengkel Film Pendek Fiksi mereka. 'Hutan Kota dan Lantung ', film dokumenter dari PADI Indonesia. 'Naga Beranak Naga' besutan Ariani Darmawan/Rumah Buku Kineruku, Bandung. 'Bumi Khayalan', 'Water From Heaven', 'No Clear', 'Jakarta Beda', dari Komunitas Dokumenter, Jakarta. Pesta film yang juga rangkaian dari pesta kesenian (pameran, dan pertunjukan seni) selama 3 hari di Ruko Bandar, Klandasan.

Jadi telah cukup banyak festival film, baik nasional maupun internasional, digelar di Balikpapan oleh pihak atau juga komunitas pecinta film yang dimotori Gambar Gerak – Dejavu Balikpapan. Festival Film Jerman yang baru saja lewat itu pun menyuguhkan cita rasa dan tema yang sangat beragam. Tema perang, cinta, penyakit, krisis jati diri, sepakbola dan kesedihan disajikan dengan teknik mumpuni sekaligus mengajak penonton merenung, lalu berdecak kagum akan keharuan yang timbul dari dialog dan olah gerak/akting selama film berlangsung.

Gegap-gempita estetika Jerman memenuhi studio 3 Blitztheater Balikpapan yang tidak penuh. Pesta film yang sangat ingar-bingar di tengah sepinya dunia film Balikpapan. Gemuruh seni tinggi dari Jerman menjejali kepala para penikmat film Balikpapan yang tidak seberapa banyak selama 2 hari.

Suguhan cita rasa tinggi yang gratis/tanpa bayar kurang diminati penonton Balikpapan, dengan beragam alasan. Ibaratnya, ketika seorang kawan berniat menjamu dengan makanan terbaik secara cuma-cuma tetapi kawan yang dijamu malah pilih-pilih.

Juga seiring dengan usainya tontonan bermutu dari Jerman, tersisa pertanyaan, kapan Balikpapan bisa menyuguhkan tontonan bermutu secara gratis lagi. Ketika para sineas Jerman dan sineas lain berpesta-pora lewat bahasa gambar dan gerak, sampai kapan Balikpapan menikmati menjadi penonton?

-oOo-

*) dimuat di harian Tribun Kaltim, 02 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar