Jumat, 26 Juli 2013

BUKBER : HARI PUISI INDONESIA #1 dan MALAM PUISI BALIKPAPAN #3

Hari Puisi Indonesia ke-1, 26 Juli 2013, juga dirayakan di Balikpapan, bertempat di D'wa Cafe, depan Swalayan Gajahmada, Gunung Malang.

Diawali dengan buka bersama, seperti terlihat dalam gambar. Mas Zai Ulhaq, Mbak Endang, Krismila (Mila) dan Anissa (Nissa). Betapa lahap dan betapa lega mereka.


Juga sholat magrib, seperti terlihat para pengantri bilik mushola.


















Selasa, 23 Juli 2013

Hari Puisi Indonesia #1 Pun Akan Diadakan di Balikpapan

Tahun ini, boleh dibilang, adalah tahun istimewa bagi para penyair/pemuisi/sajakis di seluruh Indonesia. Apa lagi kalau bukan Hari Puisi Indonesia, tepatnya 26 Juli. Di tahun inilah untuk pertama kali puisi dirayakan oleh banyak komunitas sastra di Nusantara.

Penetapan 26 Juli sebagai Hari Puisi Indonesia didasarkan pada hari kelahiran Maestro Penyair Indonesia Chairil Anwar (26 Juli 1922). Penetapan ini dideklarasikan pada 22 November 2012 di Pekanbaru, Riau, oleh sekitar 30 penyair dari Aceh sampai Papua, yang ketika itu dalam rangka Pertemuan Penyair Indonesia (PPI) I.

Maka pada 26 Juli nanti pun, beberapa penggiat puisi, di antaranya Krismila dan Anissa (Nulis Buku Club Balikpapan), Paul E. Siregar (Balikpapan Art Fondation), Zia, Jo Prasetyo, dan Hendy, akan Malam Puisi Balikpapan #3 bersamaan dengan Hari Puisi Indonesia #1. Acara tersebut akan diselenggarakan di D’wa Cafe, depan Swalayan Gajahmada, Gunung Malang, pukul 20.00 WITA.

Melalui pesan singkat (sms), Krismila alias Mila mengundang para pencipta puisi dan penikmat puisi di Balikpapan untuk berpartisipasi dalam acara Malam Puisi Balikpapan sekaligus Hari Puisi Indonesia. Selain membaca puisi, termasuk beberapa puisi Chairil Anwar, juga akan akan dibacakan kembali sedikit saja cerita tentang Chairil Anwar.

Ya, sedikit saja sebab cerita semacam itu sudah sering dibicarakan para sastrawan atau seniman, dan beberapa di antaranya sudah disiarkan. Pentingnya disampaikan kembali, mengingat bahwa sosok Chairil Anwar merupakan seorang maestro yang fenomenal dalam kepeloporan puisi modern Indonesia. Anak-anak muda Balikpapan, yang sedang menggemari puisi, diharapkan dapat tertular semangat berpuisi seorang Chairil Anwar.

Untuk itu pula, bagi kawan-kawan yang akan hadir, diminta kesediaannya membacakan puisi-puisi Chairil Anwar dan berita-berita seputar Chairil Anwar yang bisa dicari di internet ataupun kliping koran. Tentu saja, jangan dilupakan, puisi-puisi karya sendiri, dan dibacakan. Sekali lagi, dibacakan.

Selain itu, para partisipan nanti diharapkan tampil membacakan puisi di panggung berukuran 2,5 x 2,5 itu tanpa melalui “suruhan” atau “permintaan” oleh pembawa acara. Sebab, menurut Mila, dari dua kali acara Malam Puisi Balikpapan, kawan-kawan yang hadir masih terbiasa dengan “disuruh” atau “diminta” tampil membaca puisi, padahal acara ini bukanlah seperti pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ketika di sekolah. Alangkah baiknya kawan-kawan segera berinisiatif untuk tampil. Toh tidak ada guru yang menilai A atau 100, E atau 30.

Kali ini atau 26 Juli nanti, semoga hal-hal semacam itu tidak terjadi lagi. Sebab, ketika puisi dibacakan, di situlah sebenarnya kekuatannya sebagai sastra lisan, dan imajinasi pembaca puisi dari puisi yang dibacakan bisa sampai kepada khalayak dengan lebih hidup. Apalagi pada acara itu nantinya, bukan hanya sebagai rangkaian Malam Puisi Balikpapan melainkan pula partisipasi secara aktif-positif dari penikmat puisi Balikpapan dalam perayaan Hari Puisi Indonesia yang pertama kali diadakan di seluruh Indonesia bisa menambah optimis bahwa puisi tetaplah hidup di Balikpapan.

*******

Sabtu, 20 Juli 2013

BUKA BERSAMA TAMAN ORBITA

Acara Bukber ini diselenggarakan di rumah Ibu Rahmawati/Warampe, Sabtu, 20 Juli 2013, oleh Taman Orbita. Taman Orbita adalah sebuah wadah belajar-mengajar anak-anak kurang mampu di daerah Km.8, Balikpapan, yang digiatkan bersama oleh Baldwine Honest (Kepsek PAUD HANDAYANI 4 Balikpapan Regency) dan timnya, Paul E Siregar (Ketua Balikpapan Art Foundation), dan Komunitas Griya PGRI Asri Balikpapan (Yesy, Endit ScootPala , Kiki, Fajri, Fuad, Alan, dll).

Pada sore hari itu cuaca sangat mendukung, padahal siangnya sempat terjadi gerimis kecil. Sehingga acara dapat terlaksana dengan lancar dan bingkisan langsung tepat sasaran.

***

Mobil pengangkut sajian siap santap.

Paul E. Siregar bersama dua asistennya.

Rumah Ibu Rahmawati/Warampe.

Fajri dan asistennya sedang menyiapkan meja-kursi.


Yesy pun tidak mau tinggal diam.

Ibu Baldwine Honest sedang mengajak anak-anak TAMAN ORBITA membaca doa sebelum makan sajian bukber.

Yesy sedang diawasi oleh Kepala Bagian Icip-icip Fuad.

Paul E. Siregar memeriksa kelengkapan menu di meja.

"Silahkan, Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Anak-anak, sajian dinikmati dengan segala keikhlasan," begitu kira-kira ucapannya.









Pada acara tersebut disampaikan oleh Paul E. Siregar (mewakili para pengasuh) juga BLSM (Bingkisan Langsung Selesai Makan) kepada anak-anak TAMAN ORBITA. Bingkisan ini tidak berasal dari pihak di luar panitia. Selain itu, anak-anak diajarkan untuk memulai budaya antri. "Semua pasti kebagian; jangan kuatir," kata Paul.







Pada puncak acara tersebut para pengasuh TAMAN ORBITA membingkiskan satu unit genset berkapasitas 950 watt kepada warga yang selama ini telah memberi tempat bagi kegiatan belajar-mengajar di Taman Orbita.


TERIMA KASIH KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA ATAS KEMURAHAN DAN KASIH SAYANG YANG TELAH TERCURAHKAN KEPADA KAWAN-KAWAN DAN SELURUH ORANG YANG IKHLAS.

Jumat, 19 Juli 2013

APA KATA SOFIE RAZAK - Tulisan Asli

Kali ini hampir habis dayaku *singasong, hi there! setelah mengunjungi situs www.balikpapanartfoaundation.blogspot.com, saya mencoba menelaah dan menoleh kembali ingatan lima tahun yang lalu. Naluriah, sifat dasar manusia yang mencari sekutu untuk memperkuat minat dan kesukaan. Organisasi seni dan budaya di Balikpapan hingga saat ini masih bisa dihitung dengan jari.


Lahirnya Balikpapan Art Foundation, merupakan salah satu perwujudan konkrit dimasa kejayaannya. Masih teramat jelas dalam ingatan saya, mengapa kami yang dulu mengaku anak muda dan hingga kini masih merasa sangat muda (hihihi..), memberanikan diri serius dalam percaturan seni dan budaya di kota Balikpapan.

Mengapa dikatakan serius, artinya organisasi ini dilegalkan dalam surat akte notaris semata untuk menyelamatkan beberapa pemikiran yang berasal dari diskusi para anggotanya. Berpikir kedepan, bagaimana organisasi ini nantinya mampu mewadahi kinerja seni dan mengapresiasikannya untuk negeri.

Merunut sejarah terbentuknya komunitas BAF di kota Balikpapan, awalnya tidak hanya bicara tentang dukungan terhadap geliat seni dan budaya di Balikpapan, tapi ketidakperdulian dari pihak-pihak yang seharusnya peduli inilah merupakan babak yang paling menggemaskan. Dengan mudah saya berbicara seperti ini, karena saya (kala itu) juga menjadi salah satu dari anak muda yang gelisah, turut membidani lahirnya BAF, en..ga kerasa sekarang si BAF udah berusia lima tahun.

Nah..dewasa ini, kota Balikpapan yang terkenal dengan slogan kota jasa dan perdagangan mulai dilirik oleh sejuta investor diluar sana, keanekaragaman budaya akibat pergerakan manusia ini membuat saya tidak berputus asa untuk menjadikan seni dan budaya sebagai salah satu nilai baik dari kota ini. Saya memang bukan seniman, tapi saya penikmat seni, kerjaan saya hanya menulis dan menulis apa yang saya lihat dan rasakan.

Mimpi muluk BAF saya nilai masih realistis, terlebih semakin banyak dukungan dari sebagian warga Balikpapan untuk tetap memberi ruang dalam kesehariannya bagi kemajuan seni dan budaya di kota ini. Buktinya? asupan-asupan berupa pertunjukan or pameran seni masih tumbuh meskipun tidak sesubur kawasan industri atau mall yang ada di kota ini. Kalau tidak salah, saya ingin menyadur kalimat dari Om Budiman Hakim, salah seorang praktisi periklan yang kondang di negeri ini, seniman itu sejenis mahkluk yang paling sensitif di dunia hehe.., dalam penerapannya seni itu lahir dari pegulatan pribadi atau interkasi di sekitarnya, yang biasanya menghasilkan ide baru atau bahasa kerennya kreatifitas dengan menggunakan media apa saja.

Alangkah indahnya, kalau Balikpapan bisa memproduksi beberapa seniman atau pekerja seni handal yang bisa mempopulerkan dan mengedukasi kota lainnya di Kaltim, atau bahkan kancah nasional dan internasional melalui karyanya, hal ini bukan tidak mungkin apabila memang ada wadah yang mendukung ide kecil menjadi sesuatu yang besar..ya kan???

Menurut hemat saya, pekerja seni juga memperkaya sejarah, dengan media yang nyata, mereka mampu menggambarkan kehidupan sosial dari masa ke masa. Kedua, irisan dari kegelisahan ini juga mampu menjadi puzzle yang secara random mencerminkan budaya lokal. Ini kesimpulan sepihak dari saya, pasalnya jika saya membaca buku-buku karya orang Jepang misalnya, dari beberapa pengarangnya saya bisa mengambil garis merah, bahwa kemajuan tekhnologi yang pesat di negeri matahari ini ternyata berdampak pada kesepian yang luar biasa dasyatnya.

Manusia perlu eksistensi dalam merekam waktu, merekam kejadian atau peristiwa yang diwujudkan entah dalam bentuk yang sederhana atau aneh sekalipun, orang-orang yang memiliki bakatlah yang diharapkan bisa mengabadikan semua itu dalam sebuah karya. Tentunya, karya yang bisa merubah dunia, menggugah pemikiran dan menjadikan dunia lebih baik. Semoga BAF bisa menjadi salah satu jembatan untuk menjadikan Balikpapan sedikit berbeda dari pencitraan yang selama ini terbentuk, setidaknya ada pilihan beragam dari nilai kesukaan untuk generasi muda dalam membesarkan industri seni di Balikpapan.

Selamat Ulang Tahun yang ke-5 untuk BAF..bravo!

Minggu, 14 Juli 2013

BERBAGI 1000 SENYUM

Sport and Convention Centre DOME, Balikpapan, Minggu, 14 Juli 2013, pkl. 18.00 WITA Ketua BAF Paul E. Siregar terlibat dalam kegiatan BERBAGI 1000 SENYUM, yaitu acara buka bersama dengan panti-panti asuhan se-Balikpapan.

Acara ini diselenggarakan oleh berbagai komunitas orang muda Balikpapan untuk berbagi dalam rangka Bulan Ramadhan.






Pada kesempatan yang sama, Paul E. Siregar (paling kiri) berdiskusi sejenak dengan aktivis pecinta alam dari komunitas Padi Balikpapan, Ismail Arrasyid atau dipanggil Mail (sebelah kiri Paul), di beranda belakang Dome. Tentang gunung-gunung di Kalimantan Timur, semisal Liangpran di daerah hulu Mahakam. Tentang keterlibatan Mail dalam pemberdayaan masyarakat kampung pedalaman dalam rangka menolak agresi perusahaan kelapa sawit asing, yaitu melalui penyuluhan mengenai lingkungan, batas-batas lingkungan, dan lain-lain.


Selain itu, Mail juga membuat blog sebagai salah satu usahanya untuk memajang hasil perjelajahannya. Blog tersebut adalah www. kisahanakgawah.blogspot.com