Selasa, 13 Agustus 2013

MERAH PUTIH RENDRA - Malam Puisi Balikpapan #4

Memasuki Agustus, empat tahun silam, dari penjuru RT sampai pelosok lobby menteri sedang sibuk berunding dan menghitung dana yang masuk untuk menyiapkan pagelaran HUT RI ke-64. Proposal-proposal sudah meluncur ke mana-mana bahkan sebagian sudah melahirkan uang atau perjanjian kerja sama.

Kamis, 06 Agustus 2009, pkl. 22.10 WIB, tiba-tiba sebuah berita dari Depok, Jawa Barat, menghantam fondasi-fondasi gapura dan bambu-bambu untuk baliho. “Willibrordus Surendra Broto Rendra alias Wahyu Sulaeman Surendra Broto Rendra alias W.S. Rendra wafat!” seru media massa.

Sebagian besar seniman dan budayawan terhentak. Dua hari sebelumnya (04/08) Mbah Surip pergi untuk selamanya dan dikebumikan di Makam Bengkel Teater, lusanya ‘menggendong’ Sang Burung Merak. Tapi begitulah kenyataan hidup, yang sering dikatakan “takdir”.

Maka, pada 17 Agustus 2013, pkl. 20.30 WITA, bertempat di D’WA Cafe, depan Gajahmada, Gunung Malang, sekelompok penyair Balikpapan akan menyelenggarakan Malam Puisi Balikpapan ke-4, bertajuk “Merah Putih Rendra”.

Kalau acara ke-1 dihadiri 20-an orang, ke-2 dihadiri 30-an orang, dan ke-3 sekitar 40 orang, diharapkan nanti, acara ke-4 bertepatan dengan 17 Agustus, bisa lebih lagi. Tentu saja mereka tetap mengundang siapa saja, baik pemuisi maupun pencinta puisi, untuk hadir dalam acara yang sengaja digarap secara santai dan senang.

“Kita ingin puisi tidak lagi menjadi sesuatu yang serba rumit, tetapi puisi menjadi bagian dalam kehidupan di Balikpapan sebagaimana acara ini digagas dengan tema ‘Puisi untuk Kehidupan’ pada acara pertama,” ujar Krismila beberapa hari lalu.

Untuk acara malam puisi nanti para hadirin diharapkan membawa sekaligus membacakan puisinya masing-masing. Bagi yang tidak atau belum menyiapkan, bisa membaca puisi dari buku-buku kumpulan puisi yang biasa dibawa oleh kawan-kawan dalam acara itu. Artinya, semua bisa terlibat secara aktif, entah dengan karya sendiri ataukah karya orang lain.

“Seperti yang sudah-sudah,” lanjut Mila, “acara ini bisa juga menjadi ajang berbagi (sharing) mengenai proses pemuisian atau apa saja mengenai puisi dan penyair. Pokoknya, asyik-asyiklah.”

Pada kesempatan lain Ketua Balikpapan Art Foundation (BAF) Paul E. Siregar menyambut dengan penuh semangat acara semacam ini. “Kita harus mendukung setiap acara kesenian di Balikpapan, apalagi acara ini digagas dan digelar oleh kawan-kawan secara mandiri,” ujar Paul.

Semangat itu dibuktikan juga oleh Paul, yaitu selalu hadir bahkan ikut membacakan puisi, baik puisi ciptaannya sendiri maupun puisi karya penyair-penyair terkenal. Tak lupa pula pelukis Balikpapan ini mengirim pesan singkat (sms) kepada kawan-kawan untuk menggairahkan kegiatan berseni sastra.

“Mungkin suatu kebetulan, ketika orang berancang-ancang menyiapkan Agustusan, ada satu lagi yang wajib disiapkan oleh kalangan seniman, yaitu peringatan kepada W.S. Rendra. Penyair yang teaterwan sekaligus budayawan besar ini adalah salah seorang pendobrak puisi dengan puisi-puisi pamfletnya yang tajam dan tidak kenal kompromi, ditambah aksi-aksi teatrikalnya yang fenomenal,” kata Paul.

“Dan jangan lupa,” ingatnya, “BAF sudah memulainya dengan acara ‘Peringatan Satu Tahun Kepergian Sang Burung Merak’ di Monpera tahun 2010. Waktu itu yang hadir adalah semua kalangan, termasuk pelajar alias generasi penerus kita. Makanya, dengan adanya ‘Malam Puisi Balikpapan’ sekaligus adanya kawan-kawan baru yang muda dan penuh semangat ini, saya semakin optimis bahwa kesenian di Balikpapan akan selalu hidup. Apalagi ini sudah acara keempat!”

Dari informasi Paul, acara ini akan dihadiri oleh Arif Er Rachman, seorang budayawan Balikpapan yang selalu ditunggu-tunggu oleh para penyair muda Balikpapan selama tiga kali acara. Sebab, Bang Arif – begitu panggilan akrabnya – dianggap lebih mumpuni dalam hal sastra, termasuk puisi. Tokoh-tokoh penyair nasional dan internasional sangat dikenal oleh Bang Arif.

“Kita sangat berharap, kehadiran Bang Arif bisa memberi masukan tersendiri dan lebih mendalam mengenai dunia kepenyairan, khususnya untuk regenerasi penyair Balikpapan. Terus terang, kita belum ada apa-apanya dibanding beliau. Oleh karenanya, kita berguru kepada orang yang tepat,” tandas Paul.

Selain Arif Er Rachman, seorang lagi yang akan hadir, yakni Memed Makian alias Bang Memed. Bang Memed merupakan seorang pelukis senior Balikpapan, dan diam-diam memperhatikan perkembangan sastra, termasuk puisi, di Balikpapan. Bang Memed masih menyimpan puisi-puisinya, yang masih ditulis manual.

Sementara ada satu rumor yang cukup menarik dari Bumi Serang, Banten. Apalagi kalau bukan Heri Hendrayana Harris alias Gol A Gong, yang terkenal dengan Balada Si Roy di majalah HAI jaman dulu. Rumor tersebut mengatakan bahwa sekitar September nanti Gol A Gong akan menjelajahi Bumi Borneo, yang dimulai dari Kalimantan Timur. Semoga rumor itu benar.

Sekarang tinggal kesiapan para sastrawan dan penyair muda Balikpapan. Dengan agenda Malam Puisi Balikpapan, HUT Kemerdekaan Indonesia, peringatan kepada W.S. Rendra, BAF membuka lagi Kelas Menulis, dan rumor dari Banten nanti, geliat kegiatan sastra diharapkan benar-benar dapat mewarnai kehidupan bersastra secara merdeka di Balikpapan.

*******
Balikpapan, 13 Agustus 2013

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
BAGI KAWAN-KAWAN YANG SUDAH MENYIAPKAN PUISINYA UNTUK DIBACAKAN PADA MALAM PUISI BALIKPAPAN, SILAKAN KIRIMKAN TERLEBIH DULU (MINIMAL 2 HARI SEBELUM ACARA) KE EMAIL : kampoengseni@gmail.com, UNTUK KITA ULAS BERSAMA SECARA SANTAI AGAR BISA SALING MEMBERI KOMENTAR/KRITIK YANG ASYIK TANPA KESAN RUMIT.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++


Jumat, 09 Agustus 2013

RENCANA LOMBA MENULIS CERPEN SMA/SMU SE-BALIKPAPAN

Terkadang sebuah rencana bisa muncul begitu saja dari sebuah pembicaraan santai. Hal ini pun terjadi pada saat Ketua BAF (Balikpapan Art Foundation) Paul E. Siregar, Senirupawan muda Balikpapan Triono Wahyu bersilaturahmi ke rumah Arif Er Rachman, Wonorejo, Kampung Timur dalam rangka Idulfitri hari ke-2, 1434 H, Jumat, 09 Agustus 2013.

Pada pembicaraan mengenai perkembangan kegiatan bersastra di Balikpapan dan agenda-agenda BAF, mereka pun berencana menyelenggarakan Lomba Menulis Cerpen SMA/SMU se-Balikpapan. Lomba itu nantinya, di samping untuk menjaring cerpen-cerpen berkualitas taraf pelajar, juga mengentaskan bibit-bibit cerpenis potensial di Balikpapan serta menggairahkan semangat berkreativitas di kalangan pelajar.

Memang, dalam pembicaraan di sela menikmati sajian dan kopi lebaran itu baru memunculkan rencana awal. Mereka belum bisa memutuskan tentang tema dan kapan lomba diadakan. Juga kriteria umum dan khusus secara spesifik dan rinci, termasuk sistim pengiriman naskah. Sementara hadiahnya, baik berupa uang maupun piagam penghargaan, sempat disinggung tetapi belum dihitung berapa besaran angkanya.

Berikut tentang juri dan penjurian. Kemungkinan juri berjumlah tiga orang, yaitu dari anggota BAF yang memahami sekaligus praktisi cerpen, praktisi media cetak lokal yang memang menguasai sastra, dan guru SMA/SMU bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

Untuk penjuriannya, kembali seperti pada penjaringan karya (puisi, cerpen, dan esai) untuk buku “Julak Acai & Suster Maria” (NBC &BAF, 2012). Naskah-naskah lomba yang diterima oleh panitia lomba, lalu sampai ke dewan juri nantinya sama sekali tidak akan tercantumkan lagi nama peserta. Hanya panitia yang boleh mengetahui nama-nama pesertanya. Dewan juri cukup menilai karya secara murni, yaitu karya itu sendiri.

Mereka berharap, dewan juri bisa menilai secara obyektif. Tidak mengetahui seorang peserta adalah anaknya siapa, anaknya tetanggakah, bahkan mungkin keponakannya sendiri. Penilaian benar-benar terfokus pada karya itu sendiri sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara intelek-adil tanpa intervensi pihak manapun.

Lantas, cukupkah berakhir pada hasil lomba dengan pengumuman mengenai para pemenang dan nominatornya dan pembagian hadiah? Tidak. Mereka pun merencanakan cerpen-cerpen pemenang dan nominator akan diabadikan dalam buku kumpulan cerpen pelajar Balikpapan. Dan masing-masing pemenang dan nominator akan mendapat satu buku sebagai tanda bukti.

Demikianlah pembicaraan awal berdurasi sekitar satu setengah jam itu. Mereka bersepakat, menyiapkan pembicaraan tingkat lanjut untuk lebih mematangkan rencana hingga realisasi lomba. Tidak perlu terlalu muluk. Paling tidak, BAF, sebagai pihak penyelenggara, bisa memulai kegiatan bersastra lebih serius melalui sebuah lomba atau kompetisi lingkup lokal sebagai bagian dari kegiatan kelas menulis yang selama lebih empat tahun ini telah dilakukan.

*******
Balikpapan, 10 Agustus 2013